Kamis, 04 Oktober 2012

A Separation, Film Indah Yang Menyesakkan Dada

A Separation
A Separation: Batas Tipis Kejujuran

Betapa sulitnya menjadi jujur. Orang-orang baik sekalipun senantiasa diuji pada titik itu. Ketika mereka dihadapkan pada pilihan sulit: melindungi orang yang disayangi.

Dalam kehidupan pasangan Simin dan Nader, kejujuran itu tampil gamblang di ruang pengadilan perceraian, yang sekaligus menjadi adegan pembuka yang memikat. Pasangan suami istri ini saling berdebat di hadapan hakim agama dengan blak-blakan. Awal yang menjanjikan untuk sebuah potret jujur tentang persoalan kesetaraan, jender, agama, bahkan kelas sosial di sebuah negara teokrasi.

A Separation, sebuah film keluarga, bukan politik. Ceritanya pun sederhana. Namun sutradara Asghar Farhadi (40) mampu membawa seluruh kandungan pesan ke dalam perenungan yang dalam dan panjang tentang keterbatasan manusia. Dari adegan awal hingga akhir, kita dihadapkan tanpa henti pada ketidakpastian. Tapi bukankah itu esensi kemanusiaan? Setiap keputusan akan dihadapkan dengan ketidakpastian baru.

Ketika upaya pasangan Simin (Leila Hatami) dan Nader (Peyman Moadi) selama 1,5 tahun untuk memperoleh visa ke luar negeri dikabulkan, persoalan baru muncul. Nader tidak ingin meninggalkan ayahnya yang sudah renta dan terkena alzheimer, sehingga memutuskan untuk tinggal di Iran. Sementara sang istri bersikeras ingin meninggalkan Teheran demi masa depan yang lebih baik. Putri mereka yang berusia 11 tahun, Termeh (Sarina Farhadi), tidak bisa berangkat keluar negeri tanpa izin dari ayahnya. Alhasil, Simin juga tidak mungkin pergi jika tidak membawa serta putrinya. Semua bertahan pada pendiriannya. Tak ada jalan keluar. Simin akhirnya menuntut cerai, meninggalkan rumah dan putrinya, dan tinggal bersama ibunya.

Kepergian Simin membuat Nader harus jungkir balik mengurus urusan domestik, termasuk mencari perawat untuk ayahnya. Datanglah Razieh, perempuan dari keluarga miskin yang bersedia bekerja dengan upah rendah demi membantu ekonomi keluarga. Razieh datang dengan membawa setumpuk persoalan, termasuk kehamilannya yang membuatnya cepat lelah. Ia juga tidak memberi tahu suaminya yang pemberang, Hodjat (Shahab Hosseini), kalau pekerjaannya adalah merawat seorang laki-laki. Sehingga ketika si pria tua yang dirawatnya ngompol di celana dan harus dibersihkan, Razieh panik dan menelepon semacam penasihat agama. "Apakah saya berdosa kalau harus membersihkan pria ini?"

Di tengah kerepotan Razieh, Nader, Simin menyesuaikan diri dengan situasi barunya, terjadilah sebuah peristiwa yang ujungnya mengguncang fondasi kedua keluarga ini, keluarga Razieh-Hodjat dan keluarga Nader-Simin.

Gesekan kelas sosial

Perselisihan di antara kedua keluarga ini merefleksikan gesekan dua kelas sosial. Razieh dan Hodjat mewakili kelas bawah yang naif, kenyang dengan diskriminasi, tapi sangat takut akan azab. Sedangkan Nader dan Simin mewakili kelas menengah yang rasional, intelektual, dan punya keangkuhan kelas, namun taat hukum. Dengan cerdas sutradara Asghar Farhadi mampu menyuguhkan sudut pandang masing-masing tokoh secara seimbang sehingga simpati penonton bisa terus "berpindah".

Adegan di pengadilan juga membuka mata tentang pencarian keadilan dalam lingkup hukum yang mungkin tidak akrab dalam keseharian kita. Lihatlah pada adegan ketika Nader "diinterogasi" putrinya. "Ayah, apa betul kamu enggak bohong sama hakim?" Nader, yang biasanya begitu defensif dan rasional dalam mempertahankan pendapatnya, ternyata gampang lumer menghadapi sorot mata putrinya yang pendiam (diperankan dengan baik oleh Sarina Farhadi yang merupakan putri sutradara Asghar Farhadi).

A Separation, peraih penghargaan Oscar 2012 untuk kategori film berbahasa asing, bukanlah film yang akan membuat mood Anda terbangkit dalam rasa riang. Ini sebuah film indah namun menyesakkan. Mungkin, penggarapannya yang tidak melibatkan pemain Hollywood, suguhan ceritanya yang linear, membuat film ini terasa "dekat" dan natural. Ibarat menyaksikan tetangga yang sedang dilanda masalah.

Simak adegan penutupnya yang tak biasa dan mengejutkan. Akan lama membayangi pikiran kita tentang batas benar dan salah.

entertainment.kompas.com